Kebudayaan Yunani berjaya kira-kira antara 600 SM sampai dengan 200 M. Seluruh sejarah sains tampaknya tidak bisa menghindar dari peradaban Yunani. Demikian pula dengan sejarah perkembangan fisika. Meskipun fisika di zaman Yunani belum menjadi cabang ilmu yangb terpisah karena masih menjadi bagian dari filsafat alam, serta belum mampu melahirkan satu bangunan teori dan belum menjadi prisip-prinip umum yang mampu menjelaskan semua fenomena alam, namun akar pemikiran fisika Yunani memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Setidaknya ada tiga aktifitas keilmuan Yunani yang berjasa bagi pertumbuhan sejarah fisika, yaitu matematika, obserfasi astronomi, dan spekulasi-spekulasi filsafat Yunani. Geometri adalah salah satu cabang terpentinng dari matematika yang pada zaman Yunani menjadi instrument utama bagi kesempurnaan studi fisika, karena hukum gerak benda-benda angkasa hanya dapat diekspresikan secara sempurna melalui geometri.
Aktifitas keilmuan selain matematika, yaitu kegiatan observasi dan pengamatan bintang yang dilakukan oleh para astronom Yunani, telah memberi kontribusi yang sangat berharga bagi perkembangan studi fisika. Bangsa Yunani mengamati bahwa di langit ada benda-benda yang kelihatan bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menamakan benda-benda langit ini sebagai planetan, yang berarti “ pengelana”. Dan inilah yang kita kenal sebagai planet-planet mulai dari Markurius sampai Yupiter.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana proses perkembangan fisika pada zaman Yunani, berikut akan dikemukakan tokoh-tokoh utama yang berperan di dalam membangun fondasi fisika:
a. Thales (629-555 SM)
Thales dari Miletus adalah seorang filsuf Yunani dan astronom pertama. Dia adalah tokoh yang pertama yang mengembangkan konsep-konsep kosmologi (paham tentang struktur alam semesta). Thales berhasil mengembangkan metode survei dan trigonometri dari Bangsa Babilonia dan Mesir yang kemudian diterapkan untuk benda-benda langit. Dia mengusulkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta tersusun dari air dalam berbagai tingkat wujudnya (cair, padat, dan gas). Dan dia juga mengusulkan bahwa alam semesta adalah sebuah bola air raksasa tempat bumi berada di dalam gelembung. Bumi mengambang di atas permukaan air, dan di atas bumi terdapat kumpulan air yang menjadi sumber datangnya hujan yang menimpa bumi. Benda-benda langit melayang di dalam air alam semesta dan bergerak sebagaimana dalam pengamatan.
b. Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan. Pemikiran terpentingnya dalam mazhab Pythagorean yaitu bilangan adalah segalanya. Pythagoras percaya bahwa angka enam adalah bilangan yang sempurna (bilangan yang apabila faktor-faktornya dijumlahkan akan menghasilkan bilangan itu sendiri) dan mengandung nilai mistis sehingga dipercaya sebagai simbol keseimbangan.
Pengaruh pemikiran mistis Pythagoras dapat dijumpai dalam karya Saint Augustine dalam bukunya The City Of God demikian (354:430) :
Six is a number perfect in itself, and not because god created all things in six days; rather, the converse is true. God created all things in six days because is number is perfect.
Selain dikenal sebagai ahli filsafat Pythagoras juga dikenal sebagai penemu hukum geometri yaitu panjang sisi miring (hipotenusa) pada segitiga siku-siku pada theorema Pythagoras ditentukan oleh perhitungan akar dari penjumlahan hasil kuadart dari kedua sisi yang lain.
Pythagoras adalah orang pertama yang mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hokum-hukum yang kuantitatif. Dia menyatakan bahwa masing-masing benda langit, yakni bulan, matahari, bumi, dan planet-planet terletak pada bola-bola kosentris (sepusat) yang berpusat mengitari pusat alam semesta (api pusat).
Menurut Pythagoras, keberaturan alam semesta mirip dengan keteraturan tangga nada pada dawai lira. Keteraturan dalam hal ini keteraturan numerik seperti pada perbandingan panjang dawai lira yang merupakan prinsip utama dala konsep alam semesta Pythagoras.
No comments:
Post a Comment