Sunday 31 December 2017

1 Malam

Kugores tulisan dikertas menandakan aku sedang lapar, menantikan makanan yang turun dari langit. Pasti kalian heran dan bingung dengan kalimat itu? Bagaimana mungkin aku sedang lapar yang aku lakukan hanya menggores sebuah tulisan dan itupun aku mengharap makanan turun dari langit? Seharusnya aku mencari uang dengan usaha lalu uangnya aku belikan makanan. Hahaha, itu hanya sebuah kalimat yang membuatku tidak masuk akal.
Kalimat diatas saya ambil sebuah perumpamaan, aku bermain petasan dengan mewarnai megahnya langit, hanya warna warni petasan yang melukis langit itu, setelah itu waktu terus berjalan bagaikan roda yang berputar, tak terasa sudah pukul 24.00, oh iya, berarti ini sudah pergantian tahun menurut kalender masehi, dan tiba saatnya aku menitipkan harapanku kelangit sana, semoga esok dan sampi diakhir tahun kedepan, hidup aku lebih baik, dan berharap Tuhan bisa mengabulkan semua keinginanku. Haha, lucu.... ahhh biarlah kalau aku ketawa sendiri.. Aku yang membuat kegaduhan di atas langit sana, membuat kebisingan di atas langit, sehingga membuat Allah dan para malaikat Nya tidak nyaman dengan adanya sebuah percak percik petasan itu, dan aku baru saja menentang ajaran Nabi Allah yang melarangku merayakan tahun baru dengan yang dilakukan bangsa yahudi, terbesit dalam benakku “duhai diriku, bagaimana mungkin keinginanku bisa dikabulkan?” Tetapi aku tidak mendengarkan ajaran Nabi Allah dan aku tidak mematuhi perintahNya? Harusnya kalau aku mau dikabulkan keinginanku, yahh harus ikuti perintah Nya dan mengikuti ajaran Nabi Allah.
Aku terporosok oleh megahnya isi dunia ini, lampu-lampu kota yang menghiasi jalan, menandakan aku tertipu dengan terangnya penghias isi dunia ini. Malam yang memukau dengan tampilan lampu disko layaknya seperti ada disebuah diskotik. Yah yah yah, aku terus berjalan menikmati kota keramaian ini, disekelilingku yang ada para pemuda pemudi yang katanya generasi penerus bangsa tetapi malah menjadi perusak bangsa, tak peduli lagi dengan perbuatan yang dilakukan, asal senang dia langsung sikat. Yah, mereka berpesta pora, hanya menyenangkan dirinya tanpa memikirkan hukuman dari Allah untuk dirinya dan celakanya bukan hanya dirinya, tetapi kalau Allah murka, bahkan menurunkan Azab untuk negeri ini, dan semua kena imbasnya.
Aku berada diambang kebingungan, aku terlalu asyik menikmati malam ini, hanya 1 malam tetapi dosanya yang begitu besar. 1 malam yang hanya biasa kugunakan membaca, bermain gitar, hingga tertidur, dan kini 1 malam itu berubah menjadi sebuah ajang pameran kemaksiatan. Apakah 1 malam ku ini berguna dari yang kemarin-kemarin yang sudah terlewati? Kini pertanyaan itu terus meracuni pikiran aku, ada apa dengan malam ini? Sangat berat juga jika kukatakan malam ini teristimewa daripada malam-malam sebelumnya? Hahaha, pikiran itu berlawanan dengan gejolak hati yang mengatakan “Allah Murka”. Wahhhh, sungguh berat rasanya melawan gejolak yang membara di dalam hati ini jika sudah tertanam nama “Allah”. Ahh sudahlah, dan aku katakan malam ini tak ada teristimewa bagi aku jika dibandingkan malam-malam sebelumnya. Dan aku mulai masuk rumah, aku cuci kaki, sikat gigi, dan berwudhu, lalu aku lekas tidur. 

Pengarang : Subhan Jaelani